Kisah Hero Phoveus: Mantan Pejuang Moniyan yang Penuh Dendam
17/05/21
0 Komen
Pada zaman modern Moniyan, sebagian besar dari mereka yang dijatuhi hukuman mati akan dikirim ke medan perang. Diberikan kematian yang begitu mulia adalah bentuk kemurahan hati terakhir dari Moniyan untuk para penjahat yang tak termaafkan ini.
Disitulah nasib Phoveus berada sekarang, dikurung di penjara dalam kereta
bersama beberapa narapidana lainnya, dan melihat dunia di luar jeruji besi
dengan ekspresi kosong. Sejauh mata memandang, tidak ada apa - apa selain
tulang belulang orang mati yang bertebaran di sepanjang jalan, kicauan
burung gagak selalu terdengar seakan menunggu santapannya yang segera
datang. Sungguh tempat yang menyedihkan, sesuai dengan namanya,
Barren Land (Tanah tandus), Land of Despair.
Tak ada lagi yang bisa Phoveus pikirkan, selama ini yang dia miliki hanyalah
masa lalu yang kelam dan penuh dengan penderitaan. Dia sebenarnya memiliki
ambisi yang tinggi, dan berencana menggunakan kekuatannya untuk merebut
kembali kejayaan Moniyan Empire. Berbagai kejayaan telah ia dapatkan
dari pertempuran yang telah ia menangkan. Pencapaian Phoveus yang begitu
banyak bahkan dapat digunakannya menjadi Kapten untuk barisan timur Moniyan
Empire, atau begitulah yang dia pikirkan.
Namun, langkahnya tersebut harus berhenti karena posisi yang telah dia
impikan itu ternyata diambil alih oleh putra dari seorang pejabat yang telah
mendapatkan posisi khusus. Dikuasai amarah, Phoveus langsung mencari putra
pejabat tersebut untuk melawannya dalam sebuah duel, namun dia tidak dapat
menahan amarahnya dan akhirnya dia membunuh pria itu dalam duel tersebut,
hukuman penjara pun langsung dia dapatkan. Bahkan, hukuman penjaranya
tersebut kini bertambah menjadi hukuman mati. Sejak saat itu, dia
mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi sebagai narapidana. Hingga
akhirnya kini dia dipindahkan ke Barren Lands untuk melakukan pertempuran
terakhirnya, menjalani hukuman matinya dengan bertempur melawan iblis di
garis depan.
Lamunan Phoveus akhirnya terhenti setelah ia tiba di barak. Tentara
mendorong mereka turun dari kereta dengan tombak panjang seperti layaknya
seekor ternak, dibariskan dengan rapi, membentuk sebuah regu pasukan baru
dengan nama tim terpidana mati. Sebagai ganti dari pakaian prajurit yang
biasa (Baju besi yang bagus dan helm), para narapidana ini hanya dibekali
dengan pedang pajang yang telah tumpul, tidak diberikan perlengkapan untuk
pertahanan sama sekali. Walaupun begitu, tugas mereka adalah untuk mencegah
serangan kekuatan iblis pertama dan yang paling kejam.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap, terompet perang akhirnya dibunyikan. Phoveus berdiri di barisan pertama paling depan dan langsung mulai menyerang makhluk yang keluar dari kedalaman Abyss. Satu persatu rekan di sampingnya mulai tumbang, sejak awal mereka memang telah paham bahwa pedang tumpul yang mereka pegang tidak akan sanggup menahan serangan iblis yang begitu kejam. Menginjak tanah yang berair, Phoveus menyadari bahwa tanah itu kini telah dipenuhi dengan darah teman - temannya.
Para prajurit iblis sangat brutal dan tak tertandingi. Tidak terlihat
seperti peperangan, adegan tersebut lebih menyerupai pembantaian, dan
Phoveus memahami bahwa satu - satunya kesempatan untuk selamat dari
pembantaian yang kejam ini adalah dengan menjadi salah satu dari mereka.
Tidak peduli berapa banyak musuh yang dia musnahkan di hadapannya, yang lain
selalu bangkit untuk menggantikan mereka dan mendatanginya tanpa henti. Dia
sangat ingin memiliki kekuatan yang besar, untuk bertahan hidup, dan
mengendalikan takdirnya sendiri, dia menolak untuk menyerah dan tidak
menerima kekalahan. Walaupun lengannya sekarang mulai kelelahan karena
pertarungan tanpa henti, kakinya lemah, kekuatan dari keinginannya yang
memaksanya untuk terus berjuang.
Entah berapa banyak iblis yang berhasil Phoveus bunuh, ia kini sudah mulai
kehilangan kesadarannya, terpisah jauh dari pasukan utama, Phoveus mulai
menyadari bahwa hidupnya kini akan berakhir, terduduk lemas di tempat yang
asing, dengan gundukan batu misterius di dekatnya. Setelah membelah kepala
musuh yang terakhir, Phoveus akhirnya jatuh ke tanah karena kelelahan.
Ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat sesuatu seperti cahaya
keunguan, cahaya yang bersinar tidak jauh darinya.
Tepat pada saat itu, kekuatan aneh mengangkat tubuh lemah Phoveus dari
tanah, dan menuntunnya bergerak sekali lagi. Ketika dia berhenti, dia
menemukan sesuatu yang tak biasa terletak di hadapannya di antara batu -
batu misterius, sesuatu yang nampak seperti sangkar. Dia ragu sejenak
sebelum memutuskan untuk membawanya, namun setelah menyentuhnya, cahaya aneh
di dalamnya padam dan menghilang.
Dalam perjalanannya kembali, Phoveus bertemu dengan sekelompok kecil
prajurit yang juga terpisah dari pasukan utama. Mereka sangat terkejut
dengan kemunculan mendadak Phoveus.
"Bagaimana mungkin seorang terpidana mati yang ditempatkan di garis depan
dapat kembali dengan utuh?" Ucap salah satu rekan mereka setelah melihat
tubuh Phoveus yang masih bugar setelah melawan Abyss di barisan
terdepan.
Tanpa ragu, Mereka langsung menyambutnya dengan hangat. Meskipun tidak
tertarik untuk membawa orang lemah seperti teman - temannya yang telah gugur
di pertempuran, Phoveus tahu bahwa dia tidak akan dapat bertahan sendirian
di Land of Despair. Kebencian yang membara atas kekuatannya yang
lemah kini mulai memenuhi pikirannya. Hingga akhirnya mulai terdengar suara
asing yang memasuki kepalanya.
"Siapa itu?" Sambil menolehkan kepalanya untuk mencari sumber suara itu,
Phoveus menyadari bahwa tidak ada orang lain yang mendengarnya, atau bahkan
bersuara.
"Dengarkan suara hatimu, Phoveus. Kamu menginginkan kekuatan yang hebat,
bukan?"
Gumaman pelan terus melintas ke arah Phoveus, dan terdengar di dalam
kepalanya. Tak ada orang yang bergumam seperti itu sepanjang hidupnya,
suaranya terdengar berat dan mengerikan, seperti suara iblis yang
diceritakan banyak orang saat dia masih ada di Moniyan. Phoveus kemudian
menyadari bahwa mungkin saja suara itu berasal dari sangkar misterius yang
dia temui di tengah pertempuran. Dan benar saja, sumber suara tersebut
datang dari roh yang terkurung di dalam sangkar yang dibawanya, benda yang
memancarkan cahaya aneh.
"Kekuatan.... Itu karena aku tidak cukup kuat. Itu sebabnya aku akhirnya
terbawa oleh orang - orang rendahan ini. Itulah mengapa aku hampir tidak
dapat mempertahankan hidupku sendiri di medan perang terkutuk ini.
Kekuatanku yang lemah adalah satu - satunya alasan aku membiarkan para
anggota militer yang kurang ajar itu memanipulasiku seperti ini. Seandainya
aku cukup kuat, aku dapat lolos dari kurungan dunia ini." Ucap Phoveus
dengan penuh amarah. Batu yang digenggamnya bahkan langsung hancur karena
emosi yang tidak dapat terbendung lagi.
"Kalau begitu, terimalah kekuatanku, Phoveus. Tidak ada yang dapat
menandingimu dengan kekuatan ini." Jawab iblis tersebut dengan yakin.
Seolah telah mendengar pikiran terdalamnya, suara iblis itu makin lama makin
terdengar jelas. Phoveus melanjutkan kehidupannya dengan kelompok kecil itu
selama beberapa hari, kata - kata dari iblis yang terkurung itu terus saja
bergema di pikirannya. Dia melilitkan rantai sangkarnya erat - erat di
bahunya, mendekatkannya untuk membentuk koneksi sedekat mungkin. Mencoba
berkoneksi dengannya secara langsung, tidak lagi mampu menahan hasrat
membaranya untuk mendapatkan kekuatan.
Hari semakin gelap, dan pegunungan Rantha Mountain kini telah
memudarkan cahaya matahari yang melintas di atasnya. Cahaya merah tua menembus
garis awan, memancar melintasi Phoveus. Langit biru perlahan membuka jalan
bagi kegelapan malam, dan kehangatan matahari yang memudar memberi jalan bagi
udara dingin yang memancar dari bumi yang dingin. Orang - orang membuat api
unggun dan berkumpul di sekitarnya, berbagi mug berisi minuman keras Moniyan
untuk mencegah udara dingin yang menusuk.
Seperti biasa, Phoveus duduk agak jauh dari kerumunan. Dia memperhatikan
saat mereka menikmati makan malam dengan gembira, aroma daging panggang dan
minuman keras tercium diiringi oleh nyala api yang membara, suara tawa
mereka yang keras, semua hal itu tergabung menyerang indranya. Sekarang, dia
telah membuat keputusan, dan sudah tidak tahan lagi bergaul dengan orang
setengah gila seperti mereka.
"Tunggu apa lagi?"
"Berikan penglihatanmu padaku, dan kekuatanku akan menjadi milikmu!"
Kali ini, ketika suara itu mulai terdengar kembali, Phoveus tidak ragu. Dia
berdiri dan mengangkat sangkar itu tinggi - tinggi, dan di dalamnya, roh itu
membentuk mata yang terbuka untuk memancarkan cahaya ungu yang membutakan.
Pancaran dari kekuatan yang hebat itu membanjiri tubuh Phoveus dan menyebar
ke sekitarnya, cahayanya sangat kuat sehingga membakar matanya sendiri.
Namun sekarang, kekuatan tidak wajar yang ditanamkan di dalam dirinya
memungkinkan Phoveus merasakan segala sesuatu di sekitarnya dengan luar
biasa jelas.
Phoveus akhirnya terlahir kembali, dengan kekuatan barunya, dia mendatangi kelompok prajurit itu dan langsung membunuh mereka semua tanpa sisa. Kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya membuat Phoveus merasa tak tertandingi, dan dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa. Segala penderitaannya telah tergantikan oleh kebahagiaan yang luar biasa, namun itu masih jauh dari cukup. Takdirnya masih tergantung oleh sangkar yang dia pegang.
"Ini adalah aku, Astaros, God of Terror. Pergilah ke dalam
Dread Cave, dan bangkitkan tubuhku yang tertidur di dalamnya,
Phoveus. Maka aku akan memberimu kekuatan yang lebih besar lagi!"
Phoveus memandang sangkar tersebut dengan arogan, dan mendengus dengan
menghina. Kemudian, dia pergi melakukan perjalanan ke arah selatan menuju
Abyss.
~Tamat~
Kata - Kata Phoveus
Tremble in my presence
Gemetarlah di hadapanku
I will crush your hope!
Aku akan menghancurkan harapanmu!
You don't pull strings herostaros, I do
Kamu tidak mengambil tali herostaros, akulah yang melakukannya
Now, I see through everything
Sekarang, aku dapat melihat semuanya
My power bends all wills
Kekuatanku membengkokkan semua keinginan
Do you hear the darkness speak its whisper tongue?
Apakah kamu mendengar ucapan iblis dari bisikan lidah?
The cage the weak with the word fate
Kandang akan lemah dengan kata2 takdir
Unseizable, ac tenebras!
Kegelapan, tak akan bisa dilewati!
Your fear will be my guidance
Ketakutanmu akan menjadi pemanduku
I see the unresting souls
Aku melihat jiwa2 yang gelisah
The world is unworthy for me
Dunia ini tidak berharga bagiku
Fear is always within you
Rasa takut akan selalu ada dalam dirimu
We all seek power, but all except one will become its slave
Kita semua mencari kekuatan, tetapi salah satu akan menjadi budaknya
Vicerimus!
Menang!
Loyalty is the only thing weaklings can offer
Kesetiaan adalah satu satunya hal yang dapat ditawarkan pada orang lemah
Death:
This won't be my end
Ini tidak mungkin menjadi akhirku
***
Itulah pembahasan saya terkait kisah hero Phoveus. Jika ada yang ingin
kalian tanyakan silahkan tulis saja di kolom komentar.
Terima kasih
0 Response to " Kisah Hero Phoveus: Mantan Pejuang Moniyan yang Penuh Dendam"
Posting Komentar
*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan