Cerpen Keberanian Dari Seorang Penakut
09/12/17
0 Komen
Hai Semuanya!
Dikelilingi hutan dan pegunungan, rumah yang hanya beratap jerami dan berdinding kayu, disitulah Eren dan keluarganya tinggal. Mereka tinggal di daerah terpencil karena mereka tidak mau tinggal di kota yang penuh kebisingan. Jarak rumahnya dari kota terdekat sekitar 45 km. Keluarga Eren bekerja sebagai petani dan peternak karena mereka memiliki lahan yang sangat luas untuk bertani dan beternak.
TAGS:
My Story
Hari ini saya akan share cerpen buatan saya sendiri yang berjudul
Keberanian Dari Seorang Penakut. Cerpen ini berkisah tentang
seorang penakut yang berjuang untuk melawan rasa takutnya. Agar tahu lebih
lanjut bisa kalian baca sendiri.
Keberanian Dari Seorang Penakut
Karya : Dava Lucky P.
Karya : Dava Lucky P.
Dikelilingi hutan dan pegunungan, rumah yang hanya beratap jerami dan berdinding kayu, disitulah Eren dan keluarganya tinggal. Mereka tinggal di daerah terpencil karena mereka tidak mau tinggal di kota yang penuh kebisingan. Jarak rumahnya dari kota terdekat sekitar 45 km. Keluarga Eren bekerja sebagai petani dan peternak karena mereka memiliki lahan yang sangat luas untuk bertani dan beternak.
“Pagi Eren, ayo bangun. Pekerjaanmu menumpuk tuh” Kata Ibu
Eren saat membangunkan Eren.
“Iya Bu.” Jawab Eren dengan pelan sambil mulai membuka
mata.
“Ayahmu sedang berburu dan katanya baru mau pulang nanti
sore, jadi setelah menyelesaikan pekerjaanmu, nanti bantu memberi
makan kerbau yang ada di belakang rumah ya?.” Kata Ibu Eren saat
mendengar jawaban Eren.
“Ha??? Tapi kan pekerjaanku kan masih banyak Bu,
lagipula aku kan takut sama kerbau Bu, nanti kalau aku diseruduk
bagaimana?” Jawab Eren.
“Eren, kamu kan sudah bukan anak kecil, kamu harus
belajar menghadapi rasa takutmu.” Jelas Ibu Eren.
“Baiklah bu, nanti saya coba.” Jawab Eren.
Setelah berkata tersebut, Eren
mulai melakukan pekerjaannya yaitu memberi makan ayam dan menyirami
perkebunan. Setelah pekerjaan tersebut selesai, Eren lalu pergi ke
belakang rumah sambil membawa rumput untuk diberikan kepada kerbau
tersebut.
Eren berjalan perlahan sambil mengumpulkan keberanian. Tetapi, pada
saat akan meletakkan rumput, secara tiba-tiba kerbau itu langsung
menatap Eren, Eren pun langsung lari sekencang mungkin menjauhi kerbau
itu.
“Eren,kamu kenapa?” Tanya Ibu Eren keheranan.
“Eren dikejar kerbau bu.” Jawab Eren sambil menghela
nafas.
“Hahahaha, padahal kan kerbaunya diikat ke pohon.
Bagaimana dia bisa mengejarmu??” Jawab Ibu Eren sambil tertawa.
“Tapi bu. Kerbau itu tatapannya sangat kejam bu. Jadi
saya takut bu.” Kata Eren.
“Eren, kamu kan anak laki-laki, harusnya kamu itu
berani, kamu kan kelak akan menjadi kepala keluarga” Jawab Ibu Eren
untuk meyakinkan anaknya.
“Tapi bu” Jawab Eren.
“Yasudah, kamu pulang ke rumah lalu istirahat dulu.”
Kata Ibu Eren.
“Baiklah bu” Jawab Eren dengan penuh semangat.
Setelah sampai di rumahnya, Eren
segera mandi lalu tidur dengan nyenyaknya. Beberapa waktu kemudian,
tiba-tiba Eren mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.“Eren,
Eren, bangun Eren, jam berapa ini?” Setelah mendengar kata tersebut,
Eren kemudian membuka matanya perlahan, ternyata yang memanggilnya
tadi adalah Ayahnya.
“Oi bangun Eren” Kata Ayah Eren.
“Ada apa yah? Ayah sudah pulang ya?” Jawab Eren.
“Kamu sadarlah dulu. Ini sudah jam 2 pagi, ayah sudah
pulang sejak jam 5 sore tadi.” Kata Ayah Eren.
“HA??? Jam 2 pagi?? Aku sudah tidur selama 11 jam” Jawab
Eren sambil terkejut.
“Tidak masalah berapa jam tidurmu. Dengar Eren, aku
ingin bebicara sesuatu denganmu. Bisakah kau ikut denganku ke suatu
tempat sekarang?” Kata Ayah Eren.
“Kemana yah?? Apa tidak bisa nanti pagi saja??” Tanya
Eren kebingungan.
“Pokoknya kamu ikut saja. Ayo!” Ayah Eren lalu mulai
berjalan keluar rumah sambil membawa obor untuk penerangan.
“Baiklah” Jawab Eren sambil berjalan menyusul
Ayahnya.
Mereka kemudian berjalan melewati
kegelapan. Cahaya yang ada adalah obor dan sinar bulan. Tak lama
kemudian, Ayah Eren kemudian berhenti lalu berkata “Sekarang coba kamu
yang berjalan duluan”
“Tapi yah,disini gelap sekali” Jawab Eren sambil
ketakutan.
“Eren, kamu harus bisa melawan rasa takutmu, jangan
biarkan itu menguasai dirimu Eren.” Kata Ayah Eren
Eren pun lalu berjalan perlahan ke depan. Kemudian, ada hewan kecil
beterbangan mulai ada di sekitar Eren “Yah,apa ini. Apakah mereka
menggigit?” Tanya Eren kepada Ayahnya.
“Kadang, dalam beberapa keadaan, kau harus melawan rasa
takutmu walaupun tubuhmu menolak hal itu.” Sambil berkata begitu, Ayah
Eren meniup hewan tersebut, lalu hewan tersebut kemudian mengeluarkan
cahaya. Ternyata hewan tersebut adalah kunang-kunang.
“Terkadang apa yang kau takutkan tidak semuanya itu
menakutkan. Jadi, kau harus berani” Kata Ayah Eren sambil memandang ke
arah Eren. “Ayah ingin memberikan pekerjaan kepadamu, apabila kau bisa
menyelesaikannya maka kau akan jadi seorang pemberani. Apakah kau siap
menerima pekerjaan itu?”
“Apa pekerjaannya yah?” Tanya Eren.
“Persediaan rumput di rumah kita sudah habis Eren. Jadi
daripada kamu harus mencari rumput, lebih baik besok kamu bawa kerbau
peliharaan kita ke padang rumput dekat bukit itu. Ayah tahu jaraknya
cukup jauh, jadi kalau kau tersesat kau hanya perlu untuk mengikuti
sungai ini. Karena rumah kita tepat di sebelah sungai ini. Bisakah kau
melakukannya?” Jelas Ayah Eren dengan panjang lebar.
“Kalau ini akan membuat aku menjadi berani. Aku akan
berusaha untuk menyelesaikannya.” Jawab Eren sambil memandang kearah
Ayahnya.
Pagi harinya, Eren lalu
mengumpulkan seluruh keberaniannya dan kemudian menuntun kerbau itu ke
padang rumput yang ada di dekat sungai. Eren berjalan beriringan
dengan kerbau itu sambil berkata “Ternyata benar apa yang Ayah
katakan, tidak semua yang aku takutkan itu menakutkan.”
Setelah itu, tiba-tiba kerbau itu menghadap ke kanan seakan-akan ia
ingin kesana, ternyata di sebelah kanan itu ada padang rumput yang
hijau, tetapi sayangnya padang rumput itu terletak di seberang sungai
dan tidak ada jembatan untuk melewati sungai tersebut. Eren kemudian
mencari akal, tetapi tiba-tiba kerbau itu lari kearah sungai itu untuk
melewati sungai itu agar sampai ke padang rumput. Namun kerbau itu
tidak pandai berenang lalu perlahan-lahan mulai hanyut. Tanpa pikir
panjang, Eren langsung menceburkan dirinya ke sungai untuk menolong
kerbau tersebut. Naasnya, saat akan menolong kerbau tersebut kepala
Eren tiba-tiba terkena batu sungai, Eren pun langsung pingsan
seketika.
Setelah tersadar, Eren bangun di
tepi sungai, Eren kemudian mulai bertanya pada dirinya
“Dimana aku?? Apa yang
terjadi?? Dimana rumahku?? Tempat apa ini??”
Eren lalu mulai berjalan ke bawah pohon di tepi sungai sambil
berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
“O… ya aku tadi akan menyelamatkan kerbauku yang akan
hanyut terkena arus sungai lalu aku bangun disini, apa aku terkena
benturan sehingga aku pingsan? Lalu dimana aku sekarang? Bagaimana
kalau ada yang ingin membunuhku?” Kata Eren dalam hati sambil diliputi
rasa ketakutan, kesedihan dan kekhawatiran.
“Lalu apa yang harus kulakukan sekarang???” Kata Eren
sambil menangis. Sambil menangis Eren lalu mengingat kata ayahnya
“Jalan pulang satu-satunya adalah menyusuri sungai, jadi aku harus
menyusuri sungai ini agar sampai ke rumah” setelah berkata begitu,
Eren kemudian berdiri dan berlari menyusuri sungai tersebut. Eren
berhenti berlari pada malam hari. Eren tidak pernah tidur pada saat
malam hari karena ia terlalu takut mendengar lolongan serigala yang
ada pada malam hari. Jadi, pada saat malam hari Eren berkeliling
mencari sesuatu untuk dimakan lalu melanjutkan perjalanannya lagi pada
pagi hari.
Hari-hari berlalu dengan cepat,
tak terasa Eren sudah menyusuri sungai itu selama 4 hari.
Perjalanannya yang melelahkan itu belum mencapai akhirnya. Lalu, saat
ia beristirahat sejenak sambil menghela nafas karena lelah berlari, ia
kemudian merasakan angin yang baginya terasa aneh. Langit yang semula
cerah berawan tiba-tiba tertutup oleh awan hitam. Ternyata angin topan
yang berukuran besar sedang menuju kepadanya. Seketika itu, ia lalu
berlari ke arah hutan untuk menjauhi angin tersebut, karena angin
semakin mendekat, ia lalu berpegangan pada pohon yang besar berharap
angin tidak akan kuat menerbangkan pohon tersebut. Setelah angin
berhenti ia menyadari bahwa sungai untuk jalan pulang sudah hilang
entah kemana. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat pohon-pohon yang
tumbang terkena angin. Ia kemudian berjalan tak tentu arah hingga pada
suatu hari ia melihat seseorang.
“Oi !!!!!! Siapapun yang ada disana tolong aku!” Teriak
Eren begitu keras sampai tenggorokannya kering.
Orang itu lalu menengok kemudian berjalan kearah Eren. Semakin dekat
semakin terlihat bahwa ia adalah seorang laki-laki dewasa yang membawa
senapan.
“Dia membawa senapan, bagaimana jika ia seorang
pembunuh?” Kata Eren dalam hati sambil keringat di badannya keluar
karena ketakutan.
“Hai nak, sedang apa kau disini?” Kata orang itu saat
berada di depanku. Mataku hanya bisa memandang kearah senapan itu
sambil berharap ia bukan pembunuh.
“A..a…aku sedang mencari jalan pulang” Jawab Eren sambil
ketakutan setengah mati.
“Kau tidak usah takut padaku nak, aku hanyalah seorang
peternak yang sedang mencari hewan ternaknya yang hilang. Aku bukanlah
seorang pembunuh” Kata laki-laki itu.
“Kau mencari jalan pulang? memangnya dimana rumahmu?”
Tambah laki-laki itu.
“Aku hanya tahu bahwa rumahku berada di tepi sungai. Apa
kau melihat sungai disini pak?” tanya Eren.
“Aku tahu sungai didaerah sini, tapi jaraknya cukup
jauh. Ngomong-ngomong perkenalkan nama saya adalah Ganta. Panggil aja
Pak Ganta” Jawab laki-laki itu.
“Nama saya Eren pak.”Jawab Eren.
“Pak Ganta, anda tadi bilang kalau anda kehilangan hewan
ternak anda. Anu… apakah saya boleh tahu hewan ternak yang bapak
cari?” Tanya Eren kepada Pak Ganta.
“Saya kehilangan 30 domba 5 hari yang lalu akibat adanya
hujan lebat. Sejak saat itu, saya coba mengikuti jejaknya dan baru
kemarin saya kehilangan jejaknya. Kamu mau membantu saya? Nanti saya
juga akan beritahu letak sungai itu sebagai gantinya.” Jawab Pak
Ganta.
“Baiklah pak, saya setuju pak!” Jawab Eren dengan
yakin.
Setelah itu, mereka berdua
kemudian berusaha mencari domba yang hilang tersebut, tapi belum juga
membuahkan hasil. Saat malam tiba, Pak Ganta dan Eren pun duduk
beristirahat di bawah sinar bulan yang terang.
“Eren, kamu tidurlah, biar saya yang berjaga disini.”
Kata Pak Ganta.
“Saya tidak bisa tidur pak, sejak saya tersesat saya
belum pernah tidur pada malam hari karena takut pada lolongan serigala
yang saya dengar setiap malam.” Jawab Eren sambil matanya menatap
kearah bulan.
“Saya dulu takut pada serigala karena saya dulu pernah
diserang oleh serigala,tetapi pada suatu hari saya bertemu dengan 2
serigala yang ganas yang siap untuk menyerangku, lalu aku ingat
perkataan ayahku pada saat masih kecil bahwa hadapilah ketakutan yang
kau alami dengan nalurimu. Lalu saat itu aku melolong seperti serigala
berharap agar serigala itu takut. Tak lama kemudian ayahku datang dan
menembak 2 serigala tersebut, sebenarnya lolonganku itu tidak membuat
serigala takut. Tetapi lolongan tersebut membuat ayahku datang dan
menyelamatkanku dan semenjak hari itu, aku tidak takut pada serigala.
Jadi intinya hadapilah rasa takutmu dengan cara apapun yang kau bisa.”
Jelas Pak Ganta secara panjang lebar.
Pagi harinya mereka memutuskan
untuk melanjutkan pencarian domba pak Ganta. Lalu pada akhirnya domba
Pak Ganta ditemukan, mereka berada di padang rumput yang ada di daerah
itu. Tetapi sayangnya terdapat beberapa serigala yang kelaparan yang
mengincar domba tersebut.
“Bagaimana caranya agar kita bisa menyelamatkan domba
itu dari serigala?” Tanya Eren.
“Aku bisa menembak 2 serigala dari sini tetapi masih ada
2 serigala disana, aku tidak mungkin bisa mengurus semuanya. Jadi,
begini rencananya Eren, kau kesana dan buat 2 serigala itu takut
dengan cara yang kau bisa. Aku tahu kau mungkin penakut tetapi aku
yakin bahwa kau bisa menghadapi ketakutanmu itu. Jadilah berani
Eren!!” Jelas Pak Ganta.
Eren menghela nafas lalu berkata “Aku akan berjuang!!”
“Baiklah Eren kita mulai rencananya” Kata Pak Ganta
Eren lalu mulai mendekat kearah 2 serigala yang menjadi sasarannya.
Sementara itu, disisi lain Pak Ganta sedang membidik serigala
menggunakan senapannya. Eren lalu mengendap-endap mempersunyi
langkahnya saat mendekati serigala sambil berkata “Aku harus bisa!.
Kali ini aku harus bisa!” Saat berada di tempat yang pas, Eren
kemudian berlari kearah serigala dan berteriak dengan kencang “
LARILAH KAU SERIGALA!! Hyaaaa!!!!” sambil melempar batu kearah
serigala agar serigala tersebut takut. Alhasil serigala itu lari
terbirit-birit karena ulah Eren tersebut.
Eren kemudian berteriak “Pergilah kau dasar pengecut!! Hahahahahaha”
Eren berteriak sambil tertawa karena puas.
Domba akhirnya berhasil ditemukan
dan diselamatkan, Pak Ganta kemudian mengantar Eren ke sungai yang
Eren cari. Setelah sungai tersebut ditemukan, Pak Ganta berterimakasih
kepada Eren.
“Terimakasih Eren kamu telah membantu saya menemukan
domba saya, maaf saya hanya bisa mengantarmu sampai sini karena arah
kita berbeda. Eren kamu adalah orang paling berani yang pernah
kukenal.” Kata Pak Ganta saat mengucapkan perpisahan.
“O..ya titip salam kepada keluargamu dirumah ya..”
Tambah Pak Ganta saat mulai pergi menjauh.
“Saya pasti tidak akan melupakannya, terimakasih” Kata
Eren dalam hati.
Eren lalu melanjutkan perjalanannya menyusuri sungai untuk pulang.
Tetapi, tiba-tiba langit berwarna hitam mencekam ditambah petir yang
menggelegar membuat Eren ketakutan tetapi ia tahu ia harus menghadapi
ketakutannya tersebut. Walaupun hujan mulai mengguyur ditambah dengan
petir yang menyambar pohon-pohon di sekitarnya tidak membuat nyalinya
mengecil. Walaupun dalam hatinya ia merasa takut, tapi tubuhnya
sekarang sudah tidak takut lagi sehingga Eren masih terus berlari.
Tak berapa lama kemudian, hujan
mulai mereda, langit mulai cerah dan akhirnya ia mulai melihat
rumahnya yang berada di tepi sungai. Eren kemudian mempercepat
langkahnya saat akan sampai ke rumah.
“IBU!! Aku pulang!!” Teriak Eren.
“Eren?? Oh astaga Eren!!” Teriak Ibu Eren sambil lari
menghampiri anaknya.
Eren kemudian memeluk ibunya karena sudah lama tidak bertemu. Ayah
Eren pun saat itu berlari lalu memeluk istri dan anaknya.
“Anakku, sekarang kau sudah jadi seorang yang pemberani.
Kau bahkan lebih pemberani daripada Ayah.” Kata Ayah Eren.
“Aku belum menjadi pemberani seperti Ayah, hatiku masih
merasa takut. Menurutku ini lebih pantas disebut
keberanian dari seorang penakut.” Jelas Eren.
0 Response to "Cerpen Keberanian Dari Seorang Penakut"
Posting Komentar
*Berkomentarlah sesuai dengan isi postingan